Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Radio Script - Riset dan Belajar Bahasa di Australia

Arsip transkrip program Radio Kookaburra:
Riset dan Belajar Bahasa di Australia

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Artati Haris, Muhammadiyah Jakarta; Moh Mudzakkir, Muhammadiyah Yogyakarta

Download file MP3


 

MUBAROK: Pada Juni 2008, Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, menandatangani Nota Kesepahaman dengan Muhammadiyah untuk melanjutkan kerja sama dalam mengembangkan hubungan persahabatan antar warga kedua negara.

Salah satu wujud pelaksanaan kerja sama ini adalah, selama dua tahun terakhir ini, Kedutaan Besar Australia di Jakarta telah mensponsori para tokoh muda Muhammadiyah untuk mengikuti kursus bahasa Inggris secara intensif selama delapan minggu di Universitas Nasional Australia (Australian National University - ANU) di Canberra, Australia.

Canberra telah memasuki musim semi saat menjelang Lebaran Tahun ini. Artati Haris dan Moh Mudzakkir sedang berada di perpustakaan J.B Chifley di Kampus Universitas Nasional Australia untuk menyelesaikan artikel dan makalah sebelum mereka pulang ke Indonesia. Artati dan Mudzakkir telah tinggal di Australia sejak bulan July untuk belajar bahasa Inggris sekaligus mengadakan penelitian.

ARTATI HARIS: Ya, jadi di Australia ini kami belajar bahasa Inggris. Selain belajar bahasa Inggris kami harus melakukan riset untuk 5000 kata untuk jurnal, untuk DFAT [Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia], yang akan kami presentasikan Insya Allah Jumat nanti. Kemudian 800 kata untuk media.

Jadi ada dua tulisan yang harus kami lahirkan dari delapan minggu kursus di sini.

MUBAROK: Topiknya tentang apa yang akan ditulis?

ARTATI HARIS: Kalau saya, untuk jurnal saya, saya menulis mengenai Suicide Terrorism and the Anomaly of Religious Expression dan untuk 800 kata artikelnya saya menulis mengenai Gender Awareness in Muhammadiyah from Discourse to Practice.

MUBAROK: Kalau dalam bahasa Indonesianya apa?

ARTATI HARIS: Bom Bunuh Diri dan Anomali Ekspresi Keberagamaan. Yang satunya, Kesadaran Jender dalam Muhammadiyah dari Wacana ke Praktek.

MUBAROK: Bagaimana kesan belajar di Australia?

ARTATI HARIS: Saya sangat, sangat suka Canberra, selain dinginnya, ya, karena bener-bener sangat representative untuk belajar, lingkungan yang sangat menunjang, orang-orang yang ramah dan, um, dan kalau di Indonesia ya, kita mengenal ada istilah gotong royong, di sini pun saya mengalami itu gitu lho.

Jadi di homestay kami [di keluarga tempatnya tinggal], tetangga itu bener-bener sangat helpful [penolong] kemudian mengedepankan nilai-nilai itu tadi, gotong royong, saling membantu, dan itu menurut saya sangat luar biasa untuk sebuah negara seperti Australia.

MUBAROK: Sebelumnya di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Artati sekarang aktif di Centre for Dialogue and Coopration Among Civilisation (CDPC), sebuah lembaga yang didirikan tokoh-tokoh Muhammadiyah untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik antar agama, budaya dan peradaban.

Bagi Artati, belajar bahasa Inggris sambil mengadakan riset di Australia adalah pengalaman yang sangat berarti.

ARTATI HARIS: Yang menarik adalah bahwa kita punya kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak orang, banyak budaya dengan menggunakan bahasa Inggris.

Sangat berbeda [dengan] di Indonesia kalau kita belajar, maka kita berinteraksi dengan orang-orang yang sama, dengan budaya yang sama karena kita adalah sesama orang Indonesia dan boleh jadi ada sedikit-sedikit bahasa Indonesia-nya.

Sementara di sini kita dituntut bahwa memang kita harus ngomong bahasa Inggris. Semuanya harus diomongin dalam bahasa Inggris kalau nggak, tidak ada yang akan paham gitu.

MUBAROK: Bagaimana fasilitas di sana?

ARTATI HARIS: Wow, semuanya ada. Akses internet yang sangat tinggi, karena kami kebetulan diberikan akses internet, ya, ada username dan password untuk kami bisa mengakses internet dan perpustakaan bisa minjam buku. Dan yang saya sangat sukai di sini adalah bahwa kalau meminjam buku itu bisa tiga bulan.

Tidak seperti ketika di universitas-universitas di Indonesia, pinjam buku hanya seminggu. Di sini batas waktu peminjaman itu sangat panjang dan itu juga saya agak kaget, waduh, ini panjang banget masa untuk peminjaman bukunya. Semua ada dengan tenaga perpustakaan yang sangat, sangat ramah dan sangat membantu.

MUBAROK: Mudzakkir yang saat itu berada bersama Artati di Perpustakaan Kampus Universitas Nasional Australia, Chifley, memberikan komentar yang hampir sama tentang tinggal dan belajar bahasa Inggris di Australia.

Mudzakkir adalah mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah periode 2006-2008, lulusan S2 Sosiologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2009, dan Dosen Luar Biasa di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini ia adalah Wakil Sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi dan Litbang PP Muhammadiyah.

MOH MUDZAKKIR: Saya mendapatkan manfaat yang cukup banyak sekali ketika saya homestay [tinggal dengan keluarga angkat].

Jadi ada semacam kelas tambahan, sebenarnya bukan kelas, tapi saya bisa ngobrol, sharing dengan host [orang tua angkat] di homestay. Dan bukan hanya bisa mengupgrade bahasa saya, tapi juga dia sangat membantu memperbaiki kosa kata saya, memperbaiki pronunciation [pengucapan kata] saya dan yang menariknya adalah saya bisa cerita banyak tukar pengalaman dan tukar kebudayaan dengan host di homestay saya.

Menurut saya dengan homestay justru, ya, menurut saya lebih luas daripada apa yang saya dapatkan di ruang kelas.

MUBAROK: Apakah anda mengadakan penelitian yang sama dengan kawan?

MOH MUDZAKKIR: Beda. Saya mengambil topik, pertama untuk artikel, saya menulis tentang New Religious Movement in Indonesia, Gerakan Agama-Agama Baru di Indonesia.

Jadi bagaimana gerakan-gerakan agama baru di Indonesia, seperti Lia Eden, Ahmadiyah, seperti shalat dengan bahasa Indonesia, terus kemudian ada kiat Islam yang Mussadeq. Ya, itu fenomena agama baru. Terus kemudian ada Jemaah Kiamat Hari Akhir Kristen di Bandung, ya, itu yang fenomena. Kenapa fenomena itu muncul di Indonesia dan kenapa masyarakat itu semakin banyak yang tertarik. Itu untuk artikel.

Sedangkan untuk, um, jurnal saya menulis paper riset tentang Islam and Popular Culture in Indonesia: Study on Islamic Film and Sinetron. Jadi popularitas Islam dan budaya pop, dalam konteks Indonesia seperti kasus maraknya film-film Islam dan sinetron-sinetron Islam.

Itu yang menjadi kajian saya tentang fenomena kemunculan film-film yang melibatkan Islam seperti Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, terus kemudian Ketika Cinta Bertasbih, dan sinetron-sinetron yang cukup banyak juga.

Nah, apakah ummat Islam di Indonesia dengan banyak menonton itu akan meningkatkan kesolehan atau hanya ini adalah trend market [pasar]. Jadi, riset saya bercerita di wilayah itu.

MUBAROK: Selain memberangkatkan para tokoh muda Muhammadiyah untuk belajar bahasa Inggris di Australia, sebagai salah satu bidang kerja sama pembangunan sumber daya manusia, Australia juga bekerja sama erat dengan Muhammadiyah dalam menyalurkan bantuan Australia untuk korban bencana alam di Indonesia seperti Aceh, Yogyakarta, Jawa Barat dan Sumatera Barat.

[Kookaburra tune]

Terima kasih kepada anda yang telah menjawab pertanyaan quiz SMS pada dua periode yang lalu. Quiz untuk periode Agustus tentang tanggal perayaan Hari Australia atau Australia Day dengan jawaban yang benar adalah 26 Januari, dimenangkan oleh DODY PRAYOGI dari Semarang.

Sedangkan Quiz untuk periode September tentang jumlah negara bagian di Australia, dengan jawaban yang benar adalah enam negara bagian, dimenangkan oleh MUTMAINAH dan LUQMAN SIDIK dari Bandung.

Pertanyaan quiz untuk periode November 2009 adalah sebagai berikut: Di kota manakah di Australia terdapat gedung opera atau opera house yang sangat terkenal?

Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Pekerjaan dan Alamat anda.

Jawaban ditunggu hingga 30 November 2009 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.

Oktober 2009
RS091043