Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Radio Script - Mahasiswa Australia di Institut Pertanian Bogor

Transkrip program Radio Kookaburra:
Mahasiswa Australia di Institut Pertanian Bogor

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Stuart Irvine-Brown, PhD Scholar di Sustainable Mineral Institute; Profesor Dr Rizaldi Boer, Kepala Pusat Pengelolaan Risiko dan Pemanfaatan Peluang Iklim

Download file MP3


MUBAROK: Perubahan iklim merupakan masalah hangat yang banyak dibicarakan para pemimpin di kawasan termasuk Australia dan Indonesia. Tidak mengherankan apabila Pemerintah Australia mendorong mahasiswanya untuk mengadakan penelitian terkait masalah iklim tersebut di negara mitra termasuk Indonesia.

Stuart Irvine-Brown adalah mahasiswa pasca sarjana S3 Sustainable Mineral Institute di University of Queensland, Australia. Ia sedang meneliti dekomposisi untuk menurunkan emisi karbon dan meningkatkan penyerapan karbon melalui tanah di Pusat Pengelolaan Risiko dan Pemanfaatan Peluang Iklim, Institut Pertanian Bogor.

STUART IRVINE-BROWN: Saya terpilih sebagai penerima Endeavour Award untuk pergi ke Indonesia untuk magang atau internship dengan pusat Pengelolaan Peluang dan Risiko Iklim Asia Tenggara dan Pasifik di Institut Pertanian Bogor untuk kerja sama penelitian.

MUBAROK: Stuart mengatakan Indonesia adalah negara yang indah dan masyarakat yang ramah. Ia senang karena memperoleh banyak dukungan dari rekan-rekannya di IPB untuk terjun ke lapangan dan melaksanakan penelitiannya.

STUART IRVINE-BROWN: Thank you to Litbang Kehutanan dan Institut Pertanian Bogor di Darmaga. I have field site for penelitian hutan dan rumput untuk eksperimen untuk dekomposisi. I visit the site regularly di hutan penelitian Darmaga.

MUBAROK: Pusat Pengelolaan Risiko dan Pemanfaatan Peluang Iklim adalah pusat penelitian di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, IPB.

Profesor Rizaldi Boer adalah staf pengajar di Departemen Geofisika dan Metreologi, IPB, yang mengepalai pusat tersebut.

PROFESOR DR RIZALDI BOER: Pak Stuart ini berasal dari pusat kajian reklamasi tambang. Jadi bagaimana kajian dari riset yang dia lakukan ini bisa memberikan input atau masukan dalam cara-cara pengelolaan bekas-bekas tambang yang sudah rusak.

Dia tertarik dengan masalah karbon tanah. Jadi dalam menghitung berapa sebenarnya aktivitas yang ada di lahan maupun kegiatan penanaman di lahan-lahan rusak itu akan memberikan kontribusi terhadap karbon tanah. Itu sebenarnya yang dia akan kaji.

Di daerah tropis, sebenarnya karbon-karbon tanah dari hasil proses dekomposisi yang disimpan dalam tanah itu diperkirakan, menurut dia, itu cukup signifikan karena proses dekomposisinya cepat. Sementara di negara temperate [empat musim] seperti Australia, proses dekomposisi tidak secepat di negara tropis. Nah itu yang ingin dia lihat karena temparatur sangat mempengaruhi.

Jadi artinya dengan adanya kajian ini kita akan bisa melihat sebenarnya sejauh mana kontribusi dari karbon tanah ini dalam memitigasi perubahan iklim.

MUBAROK: Australia dan Indonesia bekerja sama erat dalam masalah perubahan iklim. Pada 2008 para pemimpin menandatangani Kemitraan Karbon Hutan Indonesia-Australia yang menyediakan kerangka bagi kerja sama jangka panjang dalam menurunkan emisi akibat deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang (REDD+).

Kemitraan tersebut mencakup bantuan senilai A$30 juta untuk Kemitraan Iklim dan Hutan Kalimantan (KFCP), A$30 juta untuk Kemitraan Karbon Hutan Sumatera (SFCP) dan paket bantuan bilateral senilai A$10 juta untuk hutan dan iklim.

Profesor Rizaldi mengatakan berdasarkan laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) iklim dunia sedang mengalami perubahan dan akan terus berlanjut di masa mendatang. Menurutnya, salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan melakukan adaptasi.

PROFESOR DR RIZALDI BOER: Diperkirakan kejadian-kejadian iklim ekstrim itu akan semakin kuat intensitasnya dan juga semakin sering frekuensi terjadinya apabila emisi itu tidak bisa kita kendalikan atau turunkan secara signifikan.

Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya perubahan yang lebih parah lagi ke depan, masyarakat dunia harus melakukan upaya-upaya untuk menurunkan emisi yang kita kenal dengan mitigasi.

Tetapi pada saat yang bersamaan, karena kita sudah dihadapkan [pada] persoalan iklim ini, kita juga harus melakukan langkah-langkah adaptasi. Dalam konteks ini bagaimana kita bisa mengelola risiko yang muncul akibat adanya perubahan iklim ini, tetapi juga bagaimana kita bisa mengambil peluang atau manfaat dari terjadinya perubahan iklim ini.

MUBAROK: Profesor Rizaldi adalah alumni University of New South Wales, Australia, belajar di Australia dari 1989-1994 melalui beasiswa dari Pemerintah Australia. Ia meraih gelar S3 dengan riset tentang Pengelolaan Risiko Iklim untuk Tanaman Gandum.

Pemerintah Australia menyediakan kesempatan beasiswa kepada mahasiswa dari mancanegara untuk belajar di Australia dan mahasiswa Australia untuk belajar di luar negeri, termasuk Indonesia.

Informasi tentang beasiswa dari Pemerintah Australia dapat diperoleh melalui situs web di www.australiaawards.gov.au

[Kookaburra tune]

Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang jenis alat musik khas Penduduk Asli Australia Didgeridoo. Jawaban yang benar Didgeridoo adalah jenis alat musik tiup, dan pemenangnya adalah: GERALDI TIO dari Sidanegara, MARYANI dari Cilacap dan HENDRA SUHENDRA dari Bandung.

Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Apakah nama binatang khas Australia yang hidup di sekitar sungai dan berenang di air tawar? Apakah koala atau platypus?

Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.

Jawaban ditunggu hingga 29 Desember 2010 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.

November 2010
RS101154