Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Radio Script - Profil Alumni Australia Abdullah Alamudi

Transkrip program Radio Kookaburra:
Profil Alumni Australia Abdullah Alamudi

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Abdullah Alamudi, Tokoh Pers Nasional Indonesia

Download file MP3


MUBAROK: Abdullah Alamudi adalah nama yang identik dengan kebebasan pers di Indonesia. Meskipun pada awalnya ingin menjadi seorang bankir dan belajar ekonomi (commerce) di University of Tasmania pada 1961, ketika kembali ke Jakarta pada 1964 ia tidak menemukan pekerjaan di sektor ini dan akhirnya bergabung dengan media nasional.

Abdullah Alamudi adalah lulusan SMA Negeri 2 Makassar dan tercatat sebagai mahasiswa tingkat satu di Unversitas Hasanuddin ketika mendapat kesempatan untuk belajar di University of Tasmania, Australia, melalui program beasiswa Colombo Plan pada 1961.

Pak Abdullah waktu itu baru berusia 21 tahun.

ABDULLAH ALAMUDI: Sebelum itu sudah ada yang belajar, tapi di Melbourne dan di Sydney. Saya di Tasmania. Memang kelompok pertama yang ke Tasmania. Kita ada sebelas orang yang masuk ke Tasmania waktu itu. Langsung terbang, yang dari Makassar, langsung ke sana, yang lain juga begitu.

Program saya waktu itu Colombo Plan, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, sudah dihapus. Dan waktu itu masih lulusan SMA semuanya, lulus SMA pergi ke sana, tes bahasa Inggris, lulus, pergi ke sana.

MUBAROK: Colombo Plan mendapat tempat yang utama dalam sejarah hubungan Australia dengan Asia dan sangat terkenal dengan dukungannya kepada ribuan pelajar Asia, termasuk Indonesia, untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi di Australia, termasuk Pak Abdullah yang mengambil bidang ekonomi.

ABDULLAH ALAMUDI: Saya pulang tahun 1964, cari-cari kerja tidak ada lowongan, terus ada teman yang mengatakan, jadi penerjemah lah dulu daripada menganggur, ya jadi translator lah, di Associated Press waktu itu. Lihat semua berita yang di Indonesia, di koran-koran Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

MUBAROK: Pak Abdullah diangkat menjadi reporter Associated Press pada awal 1964 yang membuka kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan karirnya dalam bidang jurnalisme, termasuk bekerja di perwakilan media asing lainnya.

Ia menjadi reporter Radio Australia di Jakarta pada 1965 selama dua tahun.

Pak Abdullah juga bekerja untuk beberapa media nasional termasuk Harian Pedoman pimpinan Rosihan Anwar dan Tempo, serta menjadi salah seorang pendiri koran The Jakarta Post yang berbahasa Inggris, Bisnis Indonesia dan Warta Ekonomi.

Pak Abdullah saat ini mengajar jurnalistik di Lembaga Pers Dr Soetomo, aktif di Lembaga Bantuan Hukum Pers dan institut pengembangan media lokal. Ia terpilih sebagai anggota Dewan Pers selama tiga tahun hingga Ferbuari 2010.

ABDULLAH ALAMUDI: Perkembangan pers di Indonesia makin maju. Kebebasan pers itu paling bebas dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya, tapi kebebasan yang kita peroleh ini adalah berdasarkan apa yang disebut legislative-based, diberikan oleh DPR [melalui] undang-undang.

Yang kita kehendaki adalah berdasarkan Undang-Undang Dasar. Nah itu belum berhasil, kita harus perjuangkan itu. Dulu beberapa kali ada amandemen Undang-Undang Dasar, kita berusaha supaya ada juga seperti First Amendment di Amerika.

Jadi kita menghendaki Pasal 28 itu ditambah dengan satu kalimat yang mengatakan, Pemerintah atau Parlemen tidak boleh membuat undang-undang atau peraturan yang membatasi kemerdekaan pers.

MUBAROK: Abdullah Alamudi tercatat sebagai salah seorang warga Indonesia alumni Australia unggulan dalam buku Endeavours of Excellence: 60 years of Australian scholarship in South and South East Asia, yang diterbitkan oleh Australian Education International.

Buku tersebut diluncurkan baru-baru ini oleh Duta Besar Australia di Jakarta. Pak Abdullah hadir pada peluncuran itu.

ABDULLAH ALAMUDI: Saya kira bagus sekali. Ini usaha yang sangat bagus dari Australia untuk menunjukkan betapa upaya-upayanya itu, untuk menunjukkan bahwa di seluruh Asia Tenggara dan Asia Selatan sudah begitu banyak yang pernah belajar di Australia.

MUBAROK: Saat ini Pemerintah Australia menyediakan lebih dari 300 beasiswa setiap tahun kepada warga Indonesia untuk belajar di Australia.

[Kookaburra tune]

Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang judul film produksi Christine Hakim yang proses pasca produksinya di Australia. Jawaban yang benar adalah Daun di Atas Bantal, dan pemenangnya adalah: ROHEMAH dari Pontianak, GLORIAN KURNIA dari Cilacap dan EKANINGTYAS CANDRI dari Cilacap.

Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Sebutkan nama lembaga penyiaran publik atau public broadcaster di Australia. Apakah ABC atau BBC?

Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.

Jawaban ditunggu hingga 30 Maret 2011 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.

Februari 2011
RS110208