Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Radio Script - Pengajaran Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Kedua

Transkrip program Radio Kookaburra:
Pengajaran Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Kedua

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Dr Howard Nicholas, Dosen Senior Pendidikan Bahasa dan Dekan (Internasional), Fakultas Pendidikan, La Trobe University; Elizabeth Tan Yanti, Sekolah Bina Nusantara; Nina Bertha Chrestela, FKIP, Universitas Katolik Atmajaya

MUBAROK: Banyak orang Indonesia dengan menggebu-gebu belajar bahasa Inggris. Pertanyaannya adalah manakah yang lebih baik antara belajar dengan guru penutur asli (native speaker) dan guru lokal (non-native speaker)? Jawabannya akan anda temukan dalam informasi berikut.

Sebuah seminar tentang bagaimana pengaruh kognitif dan sosial pada pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua menghadirkan pembicara ahli dari La Trobe University, Australia.

Dosen Senior Pendidikan Bahasa dan Dekan (Internasional) Fakultas Pendidikan, La Trobe University, Dr Howard Nicholas mendapat sambutan hangat dari para peserta yang terdiri dari dosen, guru dan mahasiswa dari sejumlah sekolah dan universitas di Jakarta.

Seminar tersebut berjudul “Cognitive and Social Influence on the Learning of English as a Second Language: How do they each contribute?” Dengan kata lain Pengaruh Kognitif dan Sosial pada Pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua: Bagaimana kedua hal tersebut memberi sumbangsih?

DR HOWARD NICHOLAS: In one way the answer is really, really obvious. You can’t ...

TERJEMAHAN: Dari satu sisi jawabannya sangat jelas, anda tidak dapat belajar tanpa otak dan anda tidak dapat belajar tanpa pengalaman.

Tetapi orang sering bertanya mana yang lebih penting di antara keduanya dan tidak berfikir bagaimana kedua faktor tersebut bekerja saling membantu proses pengembangan bahasa mereka.

MUBAROK: Dr Nicholas berharap seminar tersebut dapat membantu para guru dalam menemukan cara melaksanakan proses belajar mengajar dengan siswanya, mendengarkan siswanya dan lebih mengenal latar belakang siswanya. Guru harus memperhatikan konteks bila ingin pengajarannya efektif.

Salah satu di antara para peserta seminar itu terdapat guru Sekolah Bina Nusantara. Elizabeth Tan Yanti mengatakan seminar ini memberinya inspirasi dalam menggabungkan aspek kognitif dan budaya.

ELIZABETH TAN YANTI: Jadi tidak hanya menghafal saja tapi bagaimana dari hafalan itu dimasukkan ke dalam suatu konteks. Jadi anak-anak itu lebih mengerti.

Kalau dulu kita belajar misalnya grammar [tata bahasa] dengan memakai rumus-rumus, tapi bagaimana dari grammar itu kita dalam conversation [percakapan].

MUBAROK: Guru dianjurkan untuk menggunakan bahasa Inggris secara terus menerus ketika mengajar bahasa Inggris sekalipun dengan siswa yang masih pasif dalam berbicara.

Dr Nicholas sama sekali tidak menganjurkan guru untuk menggunakan bahasa campur-campur, termasuk dalam mengajarkan kosa kata yang menggunakan padanan terjemahannya.

Nina Bertha Chrestela adalah mahasiswi semester 5, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Katolik Atma Jaya, yang juga hadir pada seminar itu.

NINA BERTHA CHRESTELA: Sebenarnya belajar bahasa Inggris yang lebih baik itu menurut saya bukan dari textbook, bukan dari sekolah, tapi lebih pada kita mencari exposure, the real exposure of English language.

Kalau dari buku itu kaku. Kita hanya tahu bagaimana secara akademis menggunakan bahasa Inggris. Tapi kalau melalui musik, melalui film, kita bisa langsung melihat bagaimana si orang bule ini, kalau mau dibilang bule, menggunakan [bahasa] itu.

Kita juga bisa sekaligus latihan listening [mendengarkan], karena kita mendengarkan native- [penutur asli]-nya itu sendiri dan kita juga bisa latihan mendengarkan bermacam-macam karakter suara. Kalau di sekolah kita hanya mendengarkan guru yang tidak begitu beragam.

MUBAROK: Kini tidak ada lagi kepercayaan bahwa hanya ada satu cara yang benar dalam mengajarkan bahasa. Menurut Dr Nicholas, guru perlu melihat berbagai pendekatan yang berbeda bila ingin efektif dalam mengajar.

Tetapi apakah Dr Howard Nicholas setuju kalau kita katakan bahwa belajar bahasa Inggris dengan penutur asli lebih baik daripada belajar bahasa Inggris dengan guru lokal?

DR HOWARD NICHOLAS: No. And the reason that no is easy to say is that the ....

TERJEMAHAN: Tidak. Dan kenapa jawaban tidak itu mudah sekali dikatakan karena kualitas sebagai guru yang baik tidak bergantung pada bahasa apa anda dilahirkan tetapi bergantung pada banyak segi.

Penutur asli mungkin memiliki keuntungan dari segi pengalaman menggunakan bahasa itu, serta menggunakan bahasa dengan nyaman dan luwes. Tetapi guru yang bukan penutur asli memiliki penghayatan yang jauh lebih mendalam terhadap proses belajar siswa.

Jadi kedua guru tersebut perlu untuk duduk bersama berdiskusi dan bekerja sebagai tim untuk mendatangkan hasil terbaik dari proses belajar mengajar.

MUBAROK: Dr Nicholas tidak setuju kalau penutur asli dan bukan penutur asli harus dipertentangkan karena keduanya memiliki keunggulan masing-masing.

[Kookaburra tune]

Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang bulan perayaan Pekan Kebudayaan Penduduk Asli Australia. Khusus untuk quiz ini, kami akan mengumumkan pemenangnya pada periode berikutnya.

Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Apakah bahasa resmi yang digunakan di Australia?

Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.

Jawaban ditunggu hingga 30 September 2011 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.

Agustus 2011
RS110836