Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Radio Script - Dialog Indonesia-Australia

Transkrip program Radio Kookaburra:
Dialog Indonesia-Australia

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Dr Rizal Sukma, Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies; John McCarthy, AO, National President, Australian Institute of International Affairs; Jemma Purdey, Penulis Biografi From Vienna to Yogyakarta; Nik Tan, Cucu Herb Feith

MUBAROK: Salah satu persoalan dalam kerja sama Indonesia-Australia saat ini adalah bagaimana kedua tetangga membawa kerja sama ini ke tingkat yang lebih tinggi. Sejumlah tokoh terkemuka Indonesia dan Australia berkumpul di Jakarta untuk membicarakan persoalan ini.

Untuk kali pertama, sebuah dialog yang bertujuan untuk memajukan hubungan antar-warga melalui pemahaman yang lebih baik satu sama lain diselenggarakan oleh para tokoh terkemuka dari Indonesia dan Australia.

Dialog Indonesia-Australia dipimpin oleh Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies, Dr Rizal Sukma, bersama National President, Australian Institute of International Affairs John McCarthy.

Menurut Dr Rizal Sukma, ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk membangun hubungan bilateral yang lebih baik di masa mendatang yaitu keterlibatan generasi muda dan bidang-bidang yang langsung menyentuh kebutuhan rakyat kedua negara.

DR RIZAL SUKMA: Buat saya dialog ini penting sekali dan sangat menarik karena ini merupakan prakarsa pertama di mana dialog itu dilakukan pada level second track yang melibatkan tidak hanya akademisi tapi juga businessmen, jurnalist, scientist, generasi muda dan community leaders.

MUBAROK: Sementara itu John McCarthy yang juga mantan Duta Besar Australia untuk Indonesia mengatakan, dialog ini bukan untuk menyelesaikan masalah khusus dan mendesak.

JOHN MCCARTHY: It’s about long-term dealings, largely outside government ....

TERJEMAHAN: Ini adalah tentang urusan jangka panjang secara luas di luar pemerintah, di antara berbagai sektor yang berbeda di masyarakat kedua negara.

Jadi, gagasan ini benar-benar untuk mencoba dan melihat apa yang akan terjadi di masing-masing negara sekitar 10 tahun ke depan dan apa yang dapat kita lakukan untuk membangun hubungan pada masa itu, pada era baru di mana jelas Indonesia semakin demokratis, ketika bentuk-bentuk baru komunikasi dan teknologi tersedia, penduduk di kedua negara harus secara otomatis lebih terlibat dalam hubungan secara keseluruhan.

Itulah perubahan besar yang ingin kita kelola.

MUBAROK: Sebagai bagian dari Dialog Indonesia-Australia, diluncurkan buku biografi Herb Feith, seorang tokoh akademisi dan Indonesianis legendaris Australia.

Biografi setebal 575 halaman berjudul From Vienna to Yogyakarta itu ditulis akademisi Universitas Monash, Jemma Purdey.

JEMMA PURDEY: I had known Herb. I was a PhD student and he was around during ...

TERJEMAHAN: Saya sudah kenal Herb sebelumnya. Saya adalah mahasiswa S3 dan saat itu ia masih hidup. Ketika saya melakukan penelitian, mantan mahasiswanya adalah supervisor saya. Jadi saya termasuk generasi ketiga mahasiswa bimbingannya.

Semoga biografi ini juga merayakan upaya bersama oleh para akademisi Australia dan Indonesia terhadap peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang kompleks satu sama lain.

Saya berharap biografi ini juga menjadi catatan sejarah sosial dan politik Indonesia dan Australia selama berabad-abad sepanjang kisah hidup Herb.

MUBAROK: Herb Feith berlayar dari Pelabuhan Melbourne ke Jakarta pada 1951 dengan menumpang kapal Italia, Surriento. Menurut cucunya, Nik Tan, Herb adalah orang yang sangat rendah hati, memiliki banyak teman dari dunia akademis dan politik tetapi juga berteman dengan rakyat kecil.

NIK TAN: Di universitas saya belajar hukum dan juga bahasa Indonesia. Jadi walaupun aku memang tertarik atas Indonesia, saya belum sampai menjadi ahli Indonesia atau belajar secara dalam masyarakat atau politik Indonesia.

Jadi, Insya Allah kalau ada kesempatan mengambil S2 atau belajar lagi di sini mungkin bisa memperdalam pengetahuan saya. Tapi sampai saat ini cuma pengetahuan budaya atau pengetahuan sosial aja.

MUBAROK: Nik pertama kali berkunjung ke Indonesia bersama kakeknya sekitar 1995 atau 1996. Pada 2004, ia sempat tinggal selama enam bulan di Purworejo bersama keluarga Ibu Sri Sumarsih, cucu dari Bapak Kromodihardjo tempat Herb Feith mondok tahun 1953.

[Kookaburra tune]

Terima kasih kepada anda yang telah menjawab quiz SMS periode lalu tentang nama mantan perdana menteri Australia dari Partai Buruh yang pernah menjadi manajer band The Ramrods. Jawaban yang benar adalah Paul Keating dan pemanangnya adalah DISMAS MARIANUS dari Ende, KARTIKA dari Surabaya dan DIEGO ARMANDO dari Ende.

Pertanyaan quiz untuk periode ini adalah sebagai berikut: Apakah nama selat yang memisahkan antara Australia dan Papua Nugini? Apakah A Selat Bass atau B Selat Torres?

Jawaban dikirim melalui SMS ke 08 111 492 452 dengan format: Jawaban, Nama, Usia, Stasiun Radio, Pekerjaan dan Alamat anda. Jangan lupa mencantumkan alamat lengkap anda.

Jawaban ditunggu hingga 30 November 2011 dan akan diundi. Pemenang akan mendapatkan bingkisan dari Kedutaan Besar Australia.

Oktober 2011
RS111046