Kedutaan Besar Australia
Indonesia

Radio Script - Alumni Australia Dalam Sorotan Farid Wajdi

Transkrip program Radio Kookaburra:
Alumni Australia Dalam Sorotan Farid Wajdi

Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Farid Wajdi, Kepala Bidang Rahabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kalimantan Tengah

Daftar cerita

MUBAROK: Bagaimana orang tua dapat melindungi anak dari narkoba? Apa perbedaan antara pekerja sosial dan sukarelawan? Seorang pakar pekerjaan sosial berbagi pengetahuan dan kiat-kiat. Farid Wajdi memperoleh gelar Master of Social Work dari Flinders University.

[Kookaburra tune]

Seorang pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, jauh-jauh datang ke Palangkaraya untuk memfokuskan diri dalam pekerjaan sosial atau karya sosial. Farid Wajdi bekerja sebagai staf di Dinas Sosial Kalimantan Tengah.

Pada tahun 2004, Farid memperoleh beasiswa dari Pemerintah Australia untuk melanjutkan program magister di Flinders University, Adelaide, dan berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan gelar Master of Social Work pada 2006. Radio Kookaburra bertemu dengan Pak Farid dalam sebuah acara jamuan makan malam alumni Australia di Jakarta.

FARID WAJDI: Berbagai hal saya pelajari di sana sesuai dengan bidang yang saya kerjakan di Indonesia yaitu masalah bagaimana penyandang cacat dilayani di sana. Kemudian bagaimana lanjut usia dilayani di sana, bagaimana korban narkotika dilayani di sana.

Karena saya bekerja juga dengan ex-narapidana, saya juga mengambil bidang pekerja sosial yang berkaitan dengan hukum, kemudian juga dengan masyarakat terasing, kalau di sana sosial work with indigineous, karena di sini saya juga bekerja melayani masyarakat terasing, kalau istilahnya sekarang, komunitas adat terpencil.

MUBAROK: Pada awal 2012, Farid Wajdi memperoleh jabatan sebagai Kepala Bidang Rahabilitasi Sosial di Dinas Sosial, Provinsi Kalimantan Tengah, yang membawahi tiga seksi termasuk Seksi Rehabilitasi Korban Natkotika, Psikotropika dan Adiktif Lainnya.

FARID WAJDI: Kalau dari sisi pekerjaan sosial yang kita tangani itu korban penyalahgunaan. Jadi bukan penyelundup, bukan pengedar, tapi anak-anak khusus anak-anak yang dia terkena narkoba sehingga dia nggak bisa sembuh kembali kecuali dengan bantuan kita. Kita bimbing agar mereka itu terlepas.

Bukan sembuh tetapi pulih, pulih dari kecanduan itu. Itu yang kita lakukan di sana dengan yayasan yang ada di Palangkaraya sana.

MUBAROK: Sebagai orang tua, bagaimana caranya kita bisa mencegah anak-anak kita supaya tidak terpengaruh oleh narkoba?

FARID WAJDI: Pertama kita menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Kemudian kepada anak juga kita menginformasikan hal-hal yang buruk yang harus dihindari, kemudian barang-barang yang baik yang kalau dilakukan akan mencegah mereka untuk memikirkan hal-hal atau mendekati hal-hal yang buruk itu. Itu terutama bagi orang tua.

Dan orang tua memang harus belajar, apa sih barang-barang yang termasuk narkotika itu? Karena kalau dia tidak tahu, dia juga tidak tahu anaknya memakai atau tidak. Maka orang tua itu harus pintar juga, tahu bahwa narkotika jenisnya ini, ini, kalau orang memakai gejalanya seperti itu. Kalau kita tahu itu kita bisa mencegah secara dini.

Tapi komunikasi yang efektif dengan anak, akan menjadikan anak itu nyaman sehingga tidak akan berlari ketika punya masalah ke hal-hal yang negatif termasuk ke narkotika itu.

MUBAROK: Apakah perbedaan antara pekerja sosial dan sukarelawan atau volunteer?

FARID WAJDI: Bedanya pekerja sosial (social worker) dengan volunteer [adalah] social worker itu dia bekerja karena dia sekolah di sekolah pekerjaan sosial dulu. Jadi dia tahu kalau misalnya membantu orang, merubah orang atau mengintervensi orang itu dasar-dasar teorinya seperti ini, praktiknya harus seperti ini, tahapnya seperti ini.

Tapi kalau volunteer itu lebih banyak bekerja yang nanti ditunjukkan oleh orang apa pekerjaan yang harus dilakukan. Contoh sederhana yang saya menganggap luar biasa bahwa kadang-kadang di Australia itu ada orang tua yang mengantar anaknya ke dokter gigi untuk periksa.

Antara ketika dia naruh anaknya dengan saat giliran dia dapat untuk diperiksa giginya itu sekitar satu jam. Itu ada seorang volunteer yang nungguin, jagain, anaknya satu jam saja, itu sudah namanya volunteer. Jadi satu jam kemudian orang tuanya datang ketika saat anaknya diperiksa.

MUBAROK: Tapi apakah volunteer itu dapat semacam penghargaan, upah?

FARID WAJDI: Nggak, dia bisa mengajukan untuk ongkos transport bisa, tetapi rata-rata nggak. Jadi banyak orang yang ingin menunjukkan bahwa dia itu peduli, meluangkan waktunya dalam satu minggu itu dua jam. Jadi nanya “Apa yang bisa saya lakukan dua jam ini?” kepada koordinator volunteer. Nanti dikasih tahu.

Jadi orang itu bekerja dengan gembira hatinya karena dia meluangkan waktunya membantu orang. Kalau punya dua jam, dua jam, tiga jam, tiga jam. Tapi kalau pensiunan kadang-kadang mereka luar biasa.

Jadi ada orang tua di kami (di Australia), dia sudah memakai sekuter, artinya jalan jauh nggak bisa, kemana-kemana pakai sekuter, tapi dia ini masih nengok orang yang lebih sakit daripada dia. Orang ditengok sakitnya, semangat untuk tetap sehat jadi tinggi.

Dan dia bilang ke saya, “Badan saya ini sudah saya hibahkan ke rumah sakit, rumah sakit saya namanya Flinders Medical Centre, jadi nanti ketika saya matipun jasad saya masih berguna.” Ini contoh volunteer yang tinggalnya di dekat rumah saya. Luar biasa itu.

MUBAROK: Jadi ada koordinatornya?

FARID WAJDI: Ya ada. Kalau kita tidak tahu apa yang kita lakukan kita tinggal datang saja ke kantor di kota, lalu nanti nanya yang volunteer bagian mana dan daftar di sana. Itu luar biasa. Nanti kalau sudah sekian lama volunteer biasanya Perdana Menteri mengundang dia untuk, seperti ini, ada gala dinner atau ada apa saja.

MUBAROK: Terima kasih Pak Farid.

September 2012
RS120936